Sritex Gulung Tikar, 10.665 Pekerja Kehilangan Pekerjaan

Sritex
Sritex

JAKARTA – Perusahaan tekstil terbesar di Indonesia, PT Sri Rejeki Isman Tbk (Sritex), mengalami kebangkrutan yang berdampak besar bagi lebih dari 10.000 pekerja. Pada 1 Maret 2025, perusahaan yang dikenal sebagai salah satu pemain utama dalam industri tekstil ini mengumumkan bahwa mereka terpaksa melakukan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK). Terhadap 10.665 karyawan sebagai bagian dari langkah restrukturisasi perusahaan yang tak terhindarkan.

Pengumuman ini mengejutkan banyak pihak, mengingat Sritex sudah beroperasi lebih dari empat dekade dan merupakan salah satu pilar ekonomi dalam sektor tekstil Indonesia. Kebangkrutan ini terjadi setelah perusahaan mengalami kesulitan keuangan yang semakin memburuk. Akibat utang yang menumpuk dan penurunan permintaan global di industri tekstil. Keputusan PHK ini menjadi pukulan keras, baik bagi para pekerja yang terdampak langsung. Maupun bagi perekonomian lokal yang bergantung pada operasi perusahaan ini.

Alasan Sritex Bangkrut dan Terjadi PHK Massal

Sritex yang telah dikenal luas sebagai produsen tekstil untuk pasar domestik dan internasional, mengalami berbagai tantangan finansial selama beberapa tahun terakhir. Salah satu faktor utama yang menyebabkan kebangkrutan adalah akumulasi utang yang mencapai miliaran rupiah. Serta penurunan permintaan produk tekstil Indonesia di pasar global. Perusahaan ini juga menghadapi kesulitan dalam mengelola biaya produksi yang terus meningkat. Sementara permintaan pasar tidak sebanding dengan kapasitas produksi yang dimiliki.

Direktur Utama Sritex, Haryanto, dalam konferensi pers yang digelar setelah pengumuman PHK massal tersebut menyampaikan, “Kami sangat menyesal bahwa keputusan ini harus diambil. Namun kondisi keuangan yang semakin terpuruk dan beban utang yang tak tertahankan membuat kami tidak bisa melanjutkan operasional perusahaan. Ini adalah langkah yang sangat sulit, terutama karena dampaknya terhadap karyawan dan masyarakat.”

Selain faktor utang yang menumpuk, perusahaan juga menghadapi persaingan yang semakin ketat di industri tekstil global. Dengan banyaknya produk tekstil dari negara lain yang lebih murah dan berkualitas serupa. Oleh karena itu, Sritex kesulitan untuk mempertahankan daya saingnya di pasar internasional.

Dampak PHK terhadap Pekerja dan Masyarakat

Akibat kebangkrutan ini, 10.665 pekerja terpaksa kehilangan pekerjaan mereka di berbagai sektor perusahaan, termasuk di pabrik tekstil, administrasi, dan divisi pemasaran. PHK massal ini tentunya memberikan dampak sosial dan ekonomi yang besar. Baik bagi para pekerja yang terpaksa mencari pekerjaan baru, maupun bagi keluarga mereka yang menggantungkan hidup pada pendapatan dari Sritex.

Banyak pekerja yang kecewa dengan keputusan ini, karena mereka merasa tidak mendapatkan pemberitahuan yang cukup sebelum pemutusan hubungan kerja dilakukan. Salah seorang pekerja yang terkena PHK, Siti Aminah, mengatakan, “Saya bekerja di Sritex selama lebih dari sepuluh tahun. Tiba-tiba, kami diberitahukan bahwa perusahaan mengalami kebangkrutan dan kami semua harus diberhentikan. Ini sangat berat, karena saya belum tahu harus bekerja di mana lagi.”

Selain dampak terhadap pekerja, kebangkrutan Sritex juga mempengaruhi ekonomi lokal di sekitar pabrik, terutama di daerah Jawa Tengah, di mana pabrik-pabrik Sritex tersebar. Banyak usaha kecil yang selama ini menggantungkan hidup mereka pada operasi pabrik Sritex. Seperti warung makan dan jasa transportasi, kini juga terancam kesulitan.

Upaya Pemerintah untuk Menangani PHK Massal

Pemerintah Indonesia, melalui Kementerian Tenaga Kerja, telah mengeluarkan pernyataan bahwa mereka akan memberikan bantuan kepada para pekerja yang terkena PHK. Bantuan ini berupa program pelatihan keterampilan, pemberian tunjangan pengangguran sementara, serta bantuan pencarian pekerjaan baru. Menteri Tenaga Kerja, Ida Fauziyah, mengatakan, “Kami sangat prihatin dengan kondisi ini. Pemerintah akan segera turun tangan untuk membantu pekerja yang terkena dampak kebangkrutan Sritex. Kami akan memastikan bahwa mereka mendapat pelatihan dan bantuan untuk melanjutkan hidup.”

Selain itu, pemerintah juga berencana untuk melakukan koordinasi dengan pihak perusahaan dan serikat pekerja untuk mencari solusi terbaik bagi para pekerja yang kehilangan pekerjaan mereka. Pihak pemerintah berharap agar sektor industri tekstil Indonesia bisa kembali bangkit, meski kondisi saat ini sangat menantang.

Penyelesaian Utang dan Langkah Masa Depan Sritex

Sementara itu, pihak manajemen Sritex mengungkapkan bahwa mereka akan berusaha menyelesaikan masalah utang perusahaan secara bertahap. Para kreditor dan pihak terkait lainnya diharapkan dapat bekerjasama dalam menyelesaikan masalah ini agar perusahaan bisa mengurangi kerugian yang lebih besar. “Kami akan melakukan restrukturisasi untuk menyelesaikan utang yang menumpuk dan mencari jalan keluar terbaik bagi semua pihak,” ujar Haryanto.

Meskipun Sritex telah menyatakan kebangkrutan, ada harapan bahwa perusahaan akan bangkit di masa depan dengan strategi bisnis yang lebih baik dan pengelolaan yang lebih hati-hati. Beberapa pengamat industri tekstil menyarankan agar perusahaan-perusahaan di sektor ini lebih fokus pada inovasi dan efisiensi produksi, serta perluasan pasar untuk menghadapi tantangan global.

Comments

No comments yet. Why don’t you start the discussion?

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *